![]() |
Aktivitas petani Sulut (foto : ist) |
Demikian dikatakan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Dantes Simbolon. “Rasio NTP secara tahun kalender menurun berada di posisi 1.50 dan NTP year on year tumbuh 1.21 persen,” ujarnya.
Penurunan NTP tersebut, lanjut Simbolon, disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani (It) tumbuh secara melambat sebesar 0,04 persen dan indeks yang dibayar petani (Ib) juga tumbuh sebesar 0,58 persen. “Penurunan indeks harga yang dibayar petani yang meningkat tersebut umumnya disebabkan besarnya kenaikan konsumsi rumah tangga petani dari 135.98 di bulan Januari dan 136,91 di bulan Februari,” terang Simbolon.
Meski begitu, menurut dia, tingkat kesejahteraan petani sektor perkebunan di Sulut cukup baik, ditandai NTP sektor ini yang berada di atas indeks nasional.“NTP perkebunan Sulut pada Februari 2012 mencapai indeks 109,58, lebih tinggi dibanding rata-rata NTP perkebunan secara nasional yang hanya 106,44,” papar Simbolon.
Dengan NTP yang lebih tinggi, kata dia, maka dapat dikatakan petani Sulut perkebunan lebih sejahtera ketimbang sebagian besar petani sektor ini di seluruh Indonesia. “NTP nasional tersebut merupakan perhitungan rata-rata dari indeks NTP masing-masing daerah, dengan NTP perkebunan Sulut di atas nasional, berarti tingkat pendapatannya lebih tinggi ketimbang biaya,” ungkapnya.
Selain sektor perkebunan rakyat tersebut, diutarakan Simbolon, NTP sektor peternakan daerah ini juga menunjukkan perkembangan yang cukup positif ditandai angka indeks tersebut yang sedikit lebih ketimbang ketimbang nasional."Indeks NTP peternakan Sulut Februari 2012 sebesar 101,97, sementara NTP nasionalnya hanya 101,11,” pungkasnya. [yg/mtr]
@
Tagged @ umum