![]() |
Danau Tondano, salah satu tempat budidaya ikan air tawar Sulut |
Diketahui pada PLKA yang digelar di Hotel Sahid Kawanua 45, Senin (30/04) kemarin, transaksi ikan air tawar tersebut mencapai Rp 125 juta, dengan dua komoditas ikan betutu dan ikan nila. “Ikan betutu sebanyak 1 ton dengan nilai Rp 45 juta, sedagkan ikan nila sebanyak 4 ton dengan nilai Rp 80 juta,” ujar Kepala Disperindag Sulut Sanny Parengkuan.
Kedua jenis ikan ini, lanjut dia, penjual dan pembeli adalah orang Sulut sendiri, yang pasarannya selain untuk konsumsi Sulut juga keluar daerah dan diekspor ke mancanegara. “Harga ikan betutu terealisasi dalam transaksi Rp 45 ribu per kilogram, sedangkan ikan nila Rp 20.000 per kilogram,” tandas Parengkuan.
Di pihak lain, total transaksi PLKA ketiga yang digelar Disperindag Sulut, mencapai transaksi sebesar Rp 16.587.450.000, dengan komoditas sebanyak 14. “Transaksi terbesar masih dipegang jagung hibrida mencapai Rp 13 miliar dengan volume 5000 ton, menyusul transaksi kentang donata mencapai Rp 2,06 miliar dengan volume 750 ton,” ungkap Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sulut Feby Karambut.
Di samping itu, lanjut dia, ada juga transaksi yang lumayan besar, yakni gabah kering panen mencapai Rp 760 juta dengan volume atau berat 200 ton, serta coklat biji mencapai Rp 289 juta dengan volume 15 ton. “Ada juga ayam kampung dengan transaksi Rp 120 juta dengan volume 3000 ekor,” beber Karambut.
Tak kalah menarik ditambahkan Karambut, transaksi dari hasil industri kecil yang ada di Sulut, seperti gula merah mencapai Rp 24 juga dengan volume 2000 butir, serta dodol salak transaksi mencapai Rp 3 juta dengan volume 600 pak. “Jadi dalam PLKA yang digelar Disperindag Sulut juga memberdayakan hasil industri kecil yang ada di Sulut. Untuk itu bagi industri kecil yang belum bergabung di PLKA, masih ada beberapa PLKA ke depan untuk memasarkan hasil produksinya,” ajak Karambut. [yg/mtr]
@
Tagged @ komoditi