Hanny Wajong (foto : MANADO BISNIS) |
"Ekspor biji pala ke Italia sebanyak 30 ton mendatangkan devisa 742.500 dolar Amerika Serikat dan ekspor 25 ton tepung kelapa ke Jerman senilai 62.500 dolar AS," ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan(Disperindag) Sulut, Sanny Parengkuan.
Dikatakannya, biji pala yang dikirim ke Italia terbagi dua jenis, yakni kualitas terbaik atau dikenal dengan kode ABCD sejumlah 15 ton nilai 375 ribu dolar AS dan jenis srivel (kualitas asalan) 15 ton dengan perolehan devisa 367.500 dolar AS. "Tren pengiriman biji pala maupun fuli ke Italia cenderung meningkat, hampir setiap bulan terjadi realisasi ekspor ke negara tersebut," tandasnya.
Demikian dengan ekspor tepung kelapa ke Jerman, menurut Parengkuan, berlangsung kontinu, dengan volume maupun perolehan devisa yang diperoleh menunjukkan pertumbuhan yang cukup menjanjikan. "Ekspor ke Italia dan Jerman tersebut pertanda bahwa komoditas unggulan Sulut yang sebagian besar berupa produk pangan, belum terganggu krisis keuangan global yang saat ini mulai melanda negara di kawasan Eropa," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Disperindag Sulut, Hanny Wajong mengatakan, optimistis ekspor Sulut hingga akhir tahun terus meningkat, sebab belum ada laporan ada penundaan kontrak ekspor dengan negara pembeli di kawasan Eropa. "Terbanyak komoditas unggulan Sulut yang dikirim ke negara di kawasan Eropa adalah produk bahan makanan yang tetap dibutuhkan pasar kendati krisis keuangan berdampak melemahnya nilai tukar masyarakat," katanya.
Italia dan Jerman, ditambahkan Wajong, merupakan dua negara pembeli komoditas unggulan Sulut yang menunjukkan perkembangan menjanjikan hingga saat ini. Beberapa komoditas yang diperkirakan masih tetap dibutuhkan pasar Eropa selain pala dan tepung kelapa, yakni minyak kelapa kasar dan produk pertanian dan perkebunan lainnya, serta berbagai jenis produk perikanan.(yg/mtr)
@
Tagged @ komoditi
Tagged @ pasar