![]() |
Beras yang dijual di pasar tradisional (foto : ist) |
Itulah sebabnyanya instansi terkait dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulut maupun kabupaten/kota harus turun lapangan. “Disperindag harus melakukan pengawasan untuk mengendalikan kenaikan harga beras tersebut,” ujar Bety M, ibu rumah tangga yang mengaku tinggal di Malalayang II.
Ditambahkan, Irna K salah satu PNS di lingkungan Pemprop Sulut, orang Manado sebagian besar mengkonsumsi beras jenis medium seperti superwin, saltan dan membrano. Dengan begitu, pemerintah jangan selalu mengatakan kenaikan beras medium untuk membantu kenaikan pendapatan petani. Namun, kalau kenaikan sudah signifikan, itu sama artinya menyusahkan rakyat. “Jadi konsumen dan petani sama-sama jangan dirugikan,” ungkapnya.
Sebagaimana pantauan harian ini, harga beras medium rata-ratanya sudah dijual di atas Rp 9.000/kg. Padahal beberapa pekan sebelumnya masih di level Rp 8.000-an/kg. Menurut Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri, Disperindag Sulut Ria Dunggio, kebutuhan beras masyarakat Sulut dalam sebulan berkisar 20 hingga 22 ribu ton. "Beras tersebut selain dipenuhi pedagang, juga dari beras yang disuplai Bulog," ucapnya.
Di pihak lain, Sulut ternyata hingga awal tahun 2012 ini, masih ketergantungan beras impor. Buktinya, Bulog Divisi Regional (Divre) Sulut saat ini telah menerima pasokan beras impor dari Thailand sebanyak 8.500 ton, yang saat ini sudah masuk di gudang Bulog Madidir Kota Bitung.
"Beras tersebut diimpor dari Thailand, jenis kelas medium yang diperuntukkan kebutuhan beras masyarakat miskin, cadangan beras pemerintah serta kebutuhan strategis lainnya," kata Kepala Bidang Pelayanan Publik Perum Bulog Divre Sulut Noldy Tumigolung.
Dikatakannya, pasokan beras sebanyak 8.500 ton tersebut dilakukan Bulog karena serapan beras lokal tidak mampu penuhi kebutuhan baik raskin maupun lainnya. "Bulog akan terus perkuat pasokan beras Sulut dengan rencana impor beberapa pekan ke depan," tandasnya. [yg/mtr]
@
Tagged @ komoditi