![]() |
| Kesejahteraan petani harus diperhatikan pemerintah (fot : ist) |
Menurut Kabid Statistik Distribusi BPS Sulut Novie Oroh, penurunan tersebut disebabkan pengeluaran petani lebih besar ketimbang pemasukan yang diterima. "Pengeluaran petani yang tergambar pada indeks yang dibayar petani(IB) menjadi makin mahal yakni naik sebesar 0,56 persen, sementara indeks yang diterima petani(IT) justru hanya naik 0,43 persen, karena itu secara total NTP Sulut tercatat turun 0,98 persen," ujarnya.
Dikatakan Oroh, kenaikan harga barang konsumsi rumah tangga merupakan faktor pendorong sehingga pengeluaran petani makin besar menjadi tidak sebanding lagi dengan pendapatan yang diterima,sehingga menyebabkan NTP Sulut melorot. “Indeks konsumsi petani pada Januari 2012 meningkat menjadi 135.98 dari dibandingkan indeks di bulan Desember hanya sebesar 135,12,” tandasnya.
Dari lima subsektor yang diukur tingkat NTP-nya, lanjut Oroh, empat diantaranya mengalami penurunan yakni sektor tanaman pangan turun 0,62 poin sehingga indeks NTP menjadi 103,27, tanaman holtikultura turun 0,01 persen (NTP 100,97), tanaman perkebunan rakyat turun 2,35 persen (NTP 110,33) dan perikanan turun 0,97 persen dengan indeks NTP 96,43. "Hanya sektor peternakan yang mengalami pertumbuhan dari 102,23 pada Desember 2011 menjadi 102,47 atau tumbuh 0,23 persen," ungkapnya.
Kendati mengalami penurunan, menurut Oroh, tetapi empat sektor mampu bertahan di atas angka indeks 100 persen, artinya pendapatan yang diterima petani masih lebih tinggi timbang biaya atau pengeluaran. Khusus sektor perikanan yang terus tertinggal dengan sektor lain , perlu dicarikan jalan keluarnya agar sektor ini bisa bertumbuh memberi dampak positif terhadap NTP secara keseluruhan. "NTP perikanan pada Januari 2012 hanya tercatat sebesar 96,43 lebih rendah ketimbang angka indkes pada bulan Desember 2011 yang masih mencapai 97,37,” papar Oroh. [yg/mtr]
@
Tagged @ umum







