![]() |
Salah satu produksi IKM Sulut, membuat cap tikus (foto : ist) |
Hal ini dikatakan Kepala Bidang Fasilitasi Pengembangan Industri Kecil Menengah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulut Nico Rambitan. “Memang ada sebagian industri kecil yang menggunakan mesin di dalamnya tentu ada BBM-nya. Tentunya berpengaruh atas kenaikan BBM tersebut,” ujarnya.
Dengan begitu, lanjut Rambitan, bisa saja produksi mereka akan menurun. Itulah sebabnya Disperindag sedang mengkaji lagi, sejauh mana pengaruh kenaikan BBM tersebut terhadap pengembangan IKM di Sulut. “Pengaruhnya memang sudah ada, tapi kita akan mencari tahu berapa persen besarnya pengaruh tersebut,” ungkapnya.
Kendati begitu, menurut Rambitan, pihaknya sedang berupaya mengarahkan agar industri kecil ini meninggalkan pemakaian BBM, karena BBM setiap saat pasti naik harganya dan digantikan dengan bahan bakar lokal. “Misalnya menggunakan briket dari sabut kelapa, ini lebih efisien dan tidak membutuhkan biaya besar,” papar Rambitan.
Sekedar diketahui, industry kecil menengah di Sulut tahun 2011 lalu mengalami pertumbuhan 22,95 persen, lebih tinggi ketimbang IKM nasional yang tercatat hanya tumbuh 4,71 persen. "Jenis industri yang mengalami pertumbuhan tertinggi yakni industri alat angkutan sebesar 16,99 persen, disusul industri minuman 16,82 persen, industri pengolahan 12,30 persen, industri makanan 11,26 persen," kata Kepala Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, Didik Tjahjawinardi.
Dia mengatakan industri lain yang cukup dominan peningkatan produksinya yakni jasa reparasi pemasangan mesin dan peralatan 10,34 persen, industri kendaraan bermotor, trailer dan semitrailer 10,23 persen, serta industri logam dasar 7,13 persen. Sementara IKM yang mengalami penurunan produksi cukup besar yakni industri kulit, arang kulit dan alas kaki turun sebesar 14,87 persen, industri pakaian jadi turun 5,14 persen, industri perkayuan (furnitur) turun 2,76 persen. [yg/mtr]
@
Tagged @ wirausaha