![]() |
Rumput laut potensial dikembangkan di Sulut |
"Rumput laut terserang ice-ice masih tetap ada, dan masih dirasakan mengganggu produksi petani rumput laut petani," kata Direktur Utama CV Sumber Rejeki, Marcel Thaher.
Dikatakannya, serangan penyakit ice-ice tersebut seperti dilaporkan petani rumput laut di pulau Nain, Kabupaten Minahasa Utara (Minut) dan beberapa lokasi lainnya. "Penyakit tersebut akan sulit hilang sama sekali, kecuali semua tanaman yang ada diganti benih dengan jenis yang baru, dan ini rasanya sulit dilakukan," ujarnya.
Kendati masih terserang penyakit ice-ice, tetapi petani tetap mampu memproduksi rumput laut, kendati belum seoptimal yang diharapkan. Kurang optimalnya produksi rumput laut petani, terlihat dari belum mampu terpenuhinya permintaan pasar luar negeri terutama China. "Kita hanya bisa memasok sekitar 200 hingga 250 ton setiap bulan, padahal permintaan pembeli negara China demikian tinggi, penyebabnya bahan baku rumput masih terbatas," tandas Thaher.
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Minahasa Utara(Minut), Ronny Siwi mengatakan, tekad pemerintah untuk menjadikan rumput laut sebagai komoditas unggulan masyarakat pesisir. "Tekad tersebut optimis terwujud, karena Kabupaten Minut ditetapkan sebagai daerah percontohan rumput laut nasional," ungkapnya.
Dengan dijadikannya Minut sebagai percontohan pengembangan rumput laut, maka bukannya kuantitas produksi meningkat, tetapi juga kualitas hasil akan lebih baik dari sebelumnya, termasuk bebas dari serangan penyakit. [yg/mtr]
@
Tagged @ umum