Lowongan Kerja, mencari informasi kerja

Contact online

Ekspor Pala Sulut Terancam Berhenti

MANADO BISNIS  – Krisis ekonomi yang melanda Negara-negara di belahan benua Eropa, berdampak langsung pada kinerja ekspor komoditi  Sulut. Itulah sebabnya,  pengekspor pala di  Sulut  meminta pemerintah memberi kebijakan keringanan suku bunga pinjaman agar dapat bertahan hidup di tengah penurunan ekspor .

"Krisis ekonomi semakin dirasakan negara Eropa, akibatnya ekspor pala terancam terhenti, karena itu pemerintah harus membuat kebijakan keringanan suku bunga bank," kata Pengekspor terbesar pala Sulut, Moureen Bahar.

Dampak krisis ekonomi, kata Moureen, maka sejak dua bulan terakhir belum ada kontrak baru, padahal biasanya setiap bulan dilakukan perpanjangan kontrak sebagai dasar pengiriman komoditas unggulan ke pembeli."Saat ini, pengekspor tinggal bertumpu pada kontrak lama yang sebentar lagi akan habis," akunya.

Bila ada keringanan suku bunga,  lanjut dia, maka pelaku usaha dapat menghemat biayanya, sehingga akan mampu bertahan di tengah goncangan krisis keuangan yang makin terasa. "Kami sekarang tinggal berharap ada perubahan kondisi ekonomi beberapa bulan ke depan di negara pembeli pala, dengan demikian maka ekspor dapat kembali terjadi recovery,"  harapnya.

Diketahui, akibat permintaan pasar terus berkurang di pasar mancanegara, maka harga pala di pasaran Manado untuk pala biji turun 30 persen dan pala fuli turun hingga 50 persen. Harga pembelian pedagang pengumpul di Manado saat ini untuk pala biji Rp60 ribu hingga Rp75 ribu per Kg turun dari sebelumnya di atas Rp100 ribu per Kg, sementara biji pala berkisar Rp140 ribu per Kg, padahal sebelumnya di atas Rp200 ribu.

Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Disperindag Sulut, Hanny Wajong mengatakan, pala merupakan salah satu komoditas unggulan Sulut ke berbagai negara dengan rata-rata pengiriman setiap bulan berkisar 100 hingga 200 ton. [yg/mtr]


@



Ekspor Pala Sulut Terancam Berhenti