![]() |
Perkebunan cengkih di Sulut (foto : ist) |
Pet Langi, petani cengkih asal Minahasa Selatan (Minsel) mengatakan, petani di sentra tanaman cengkih merasa khawatir karena hujan yang tinggi bisa menurunkan produksi cengkih pas panen nanti. "Bulan Desember merupakan penentuan pohon cengkih berbuah atau tidak, dan dengan curah hujan yang tinggi beberapa pekan belakangan ini, berakibat bakal buah akhirnya berubah menjadi daun muda, ini pertanda kegagalan panen," katanya.
Diutarakannya, awalnya pada pertengahan tahun ini optimistis panen cengkih tahun depan, karena kondisi pohon cengkih menunjukkan tanda berbuah dimana bakal buah muncul, tetapi setelah diguyur hujan terus menerus hampir setiap hari, akhirnya bakal buah itu perlahan terbentuk daun. "Petani masih terus mengikuti perkembangan, tetapi bila sampai akhir Desember tidak terbentuk bakal buah atau kuku tikus, maka cengkih dipastikan tidak berproduksi maksimal tahun depan," paparnya.
Sementara itu, berdasarkan pantauan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulut, harga cengkih pada pekan pertama Desember 2011 berkisar Rp100 ribu per kilogram, mengalami penurunan dibanding akhir November 2011 lalu yang masih dikisaran Rp130 ribu per Kg hingga Rp135 ribu per kilogram.
Propinsi Sulut merupakan produsen cengkih terbesar di Indonesia, dengan volume produksi pada saat panen raya berkisar 15 ribu ton, dengan areal tanaman cengkih tersebar di Kabupaten Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow, hingga kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud.(yg/mtr)
@
Tagged @ komoditi