Hanny Wajong (foto : MANADO BISNIS) |
“Angka surplus perdagangan tercipta karena ekspor ke China mencapai US$94,5 juta, sementara impor Januari-Oktober tahun ini hanya US$10 juta,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, Dantes Simbolon.
Dikatakannya, tahun lalu surplus perdagangan Sulut dengan China hanya sebesar US$47,7 juta, tetapi menyusul peningkatan pengiriman komoditas unggulan ke negara tersebut maka surplus perdagangan naik tajam.
Sementara itu, Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Disperindag Sulut, Hanny Wajong mengatakan, perhitungan surplus perdagangan dengan China untuk pengiriman langsung dari daerah ini ke negara tersebut, begitu sebaliknya. “Data ekspor dihitung hanya yang tercatat masuk dan keluar melalui Pelabuhan Bitung langsung ke negara tersebut, tetapi barang produksi China yang masuk melalui pintu pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan Tanjung Priok misalnya, tidak dihitung lagi sebagai impor bagi Sulut,” ungkapnya.
Dengan peningkatan surplus perdagangan ini, lanjut Wajong, pertanda baik, karena berarti peluang pasar ekspor China tetap tinggi bagi Sulut. “Komoditas Sulut yang banyak masuk ke negara Tirai Bambu tersebut dalam beberapa tahun belakangan ini, di antaranya minyak kelapa kasar (crude coconut oil/CCO),” paparnya.
Ditambahkan Wajong, China semakin dominan menjadi pembeli minyak kelapa kasar, karena komoditas tersebut dibutuhkan guna diolah menjadi berbagai produk. (yg/mtr)
@
Tagged @ komoditi