MANADO BISNIS – Kelangkaan elpiji yang terjadi di Sulut, diduga dimanfaatkan oleh oknum tertentu yang diduga melibatkan agen dan pangkalan. Modusnya terjadi penimbunan elpiji 3 kilogram (kg), dengan tujuan mencari keuntungan yang lebih besar.
Hal ini pun dibocorkan sejumlah warga, yang melihat langsung proses penyimpanan elpiji 3 kg tersebut. “Kita ada lia sandiri itu elpiji dorang (pangkalan-red) ada simpan,” ujar salah satu warga Malalayang II, yang merahasiakan namanya.
Modus ini pun diduga kuat terjadi dan melibatkan pangkalan lain. Sebab sesuai pengakuan langsung dari pihak Pertamina Manado bahwa penyaluran elpiji 3 kg sudah berlangsung sejak Senin (08/04) lalu. Namun kenyataannya hingga kini (kemarin) elpiji 3 kg masih menghilang di Kota Manado. “Sejak Senin penyaluran sudah mulai normal, setelah 3 sampai 4 hari sebelumnya terkendala di kapal pengangkut gas, yang tergantung pasang surut air,” ujar Sales Ekesecutive Elpiji Rayon Sulut dan Gorontalo Machfud Nadyo
Dijelaskannya, penyaluran rata-rata 80 sampai 90 metriks ton per hari dan sudah berjalan normal. Selain itu pertamina memiliki pasokan gas elpiji sebanyak 1.700 metrik ton. “Persediaan ini biasanya untuk ketahanan 15 sampai 17 hari ke depan, dan kapal pertamina juga akan masuk untuk menambah stok gas elpiji yang ada,” papar Machfud.
Sebelumnya, Kepala Biro (Karo) Perekonomian Pemprop Sulut Adry Manengkey mewanti-wanti agar pemilik agen maupun pangkalan jangan memanfaatkan kelangkaan elpiji tersebut, dengan menaikkan secara sepihak. “Jika ada pemilik pangkalan atau agen yang menaikkan harga ekpiji 3 kg sepihak, silakan melapor pada kami. Tentunya kami akan memberikan sanksi tegas,” pintanya.
Dikatakannya, sesuai aturan yang telah dikeluarkan pemerintah, khusus untuk Kota Manado harga tukar elpiji 3 kg hanya Rp15.000/kg. “HET (harga eceran tertinggi) sudah diatur khusus Kota Manado hanya Rp 15.000/kg, karena jaraknya tidak sampai 60 kilometer dengan tempat pengisian gas elpiji,” tegasnya. [yg/mtr]
@
Tagged @ umum