![]() |
Elpiji 3 kilogram pembagian pertamina (foto : ist) |
“Biar jo harga minyak tanah sampe Rp 10 ribu/liter, kita nimau pake gas elpiji. Mo suku rumah mo ta bakar gara-gara gas elpiji itu,” ujar Marlin, ibu rumah tangga yang tinggal di Malalayang II, Kota Manado.
Lain lagi yang dikatakan Simon K, warga Kota Amurang, Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel). Menurutnya, peralatan masak-memasak sebagian besar akan menggunakan listrik, ketimbang memakai gas elpiji. “Kalo mo teru aer, momasa nasi kan bole pake listrik. Depe cara pake reskuker dang dispenser. Jadi momasa di kompor minyak tanah, kurang mo beking ikang deng sayor,” akunya.
Di pihak lain, Himpunan Swasta Minyak dan Gas (Hiswanamigas) DPC V Propinsi Sulut mengimbau warga setempat mulai menggunakan tabung gas elpiji yang sudah dibagikan ke masyarakat. "Proses pembagian tabung gas, kompor dan perangkatnya sudah selesai. Karena itulah kami berharap warga menggunakan gas yang telah disalurkan sebagai pengganti minyak tanah," kata Ketua Hiswanamigas DPC V Sulut, James Saerang, pada sejumlah wartawan.
Dia mengakui bila sekarang ini belum keseluruhan warga yang telah menerima tabung gas dan kompor sudah menggunakannya. Menurut dia, masih ada warga yang tetap memanfaatkan minyak tanah. "Masih ada kekhawatiran di masyarakat akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Padahal di sisi lain sudah banyak warga yang menggunakan gas elpiji tanpa menimbulkan risiko apa-apa," katanya.
Karena itu, kata dia, Hiswanamigas bersama-sama dengan Pertamina akan terus melakukan sosialisasi sehingga semakin banyak warga yang paham dan mau beralih ke penggunaan gas. Apalagi, secara perlahan Pertamina mulai mengurangi kuota minyak tanah.
"Hiswanamigas menggunakan sopir untuk menyampaikan sosialisasi. Hal seperti ini akan terus kami lakukan sehingga membuka cara pikir masyarakat. Harapannya warga akan semakin paham dan mau menggunakan gas sebagai pengganti minyak tanah," tambahnya. (yg/mtr)
@
Tagged @ umum