MANADO BISNIS - Kementrian Perindustrian (Kemenperin) RI terus mendorong upaya pertumbuhan pangan di daerah-daerah termasuk Sulut. Dorongan ini guna meningkatkan daya saing dari kualitas hasil olahan industri pangan di Sulut sendiri.
Hal ini dikatakan Kepala Seksi Program Direktorat Industri Minuman dan tembakau Kemenperin, Mogadishu Djati Ertanto, di Hotel Travello Manado.
"Kelemahan tidak semua industri itu sempurna karena memang mempunyai daya saing, kita sedang bekerja keras untuk meningkatkan daya saing tersebut dari sisi bahan baku, dari sisi proses pengolahan dan dari sisi pasarnya juga intensive yang juga diberikan," ujarnya.
Ertanto mengatakan, procecing dalam industri tersebut telah diatur dalam Permenperin nomor 75 Tahun 2010 tentang cara pengolahan pangan yang baik. Apalagi di tahun 2015 nantinya, Indonesia akan masuk dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). "Tahun 2015 kan sudah masuk masyarakat ekonomi Asean, pada saat itu sudah ada produk-produk daerah yang sudah diperdagangkan secara bebas ditingkat Asean. Perdagangan bebas yakni dari ssi aliran barang bebas dan tidak ada lagi hambatan kualitas," paparnya.
Di pihak lain, Kemenperin menjelaskan ada permasalahan yang dihadapi industri pangan dalam negeri, seperti di makro industri makanan dan minuman yakni adanya ekonomi biaya yang tinggi, infrastruktur terbatas, kurangnya pasokan listrik serta suku bunga perbankan yang tinggi. "Di tingkat mikro, industri makanan dan minuman secara umum menghadapi permasalahan seperti produk primer yang masih banyak diekspor, teknologi pengolahan yang masih ketinggalan, ketidakpastian pasokan bahan baku darisisi jumlah mutu,issue negatif tentang bahan tambang pangan, peredaran produk impor illegal, persyaratan mutu dan teknis negara tujuan ekspor dan sebagainya," jelas Direktur Industri Minuman dan Tembakau Kemenperin, Enny Ratnaningtyas, pada kesempatan yang sama. [yg/mtr]
@
Tagged @ komoditi