MANADO BISNIS – Sebagian kabupaten/kota di Sulut mulai merasakan kelangkaan elpiji 3 kilogram (Kg). Seperti halnya yang terjadi di Kota Manado dan Tomohon.
“Saya sudah sepekan ini sulit mendapatkan gas elpiji 3 kilogram (kg), baik di pengecer ataupun di pangkalan terdekat. Padahal ketergantungan kami terhadap gas sangat tinggi,” kata Nelly N, ibu rumah tangga, di Tomohon.
Dia khawatir nasib gas elpiji 3 Kg akan seperti minyak tanah, yang kembali langka menjelang hari raya natal dan tahun baru, dimana kebutuhan terhadap gas meningkat tajam. “Dalam setiap dua hari kami sudah harus menukar gas ke pengecer atau pangkalan. Bahkan di SPBU Kakaskasen yang biasanya stok cukup banyak, juga tidak tersedia sejak beberapa hari belakangan ini,” kata dia.
Yenny W salah seorang ibu rumah tangga lainnya mengatakan, bila pertamina tidak menata dan menjamin ketersediaan pasokan gas elpiji 3 Kg, maka tidak ubahnya hanya memindahkan persoalan dan tidak menyelesaikan kesulitan BBM pasca konversi pada tahun lalu. “Semestinya setelah dikonversi dari bahan bakar minyak tanah ke gas, pertamina harus menjamin ketersediaannya. Jangan sampai terjadi kekosongan. Bila terjadi seperti ini warga kembali mengalami kesulitan,” ungkapnya.
Sementara itu, terpantau beberapa di sejumlah pangkalan gas elpiji yang berada di Kecamatan Tomohon Utara kosong, begitupun dengan sejumlah warung yang biasanya menjual eceran. Stevi P, salah satu pengecer mengatakan, belakangan ini stok yang diterima berkurang separuh dari stok biasanya. “Saya biasanya mendapatkan 20 tabung gas elpiji. Tapi belakangan ini tinggal 10 tabung. Katanya suplai akan kembali normal pada pekan depan,” jelasnya.
Wargapun berharap, pertamina dapat menjamin stok elpiji 2 Kg pascakonversi, karena sebagian besar warga mulai ramah menggunakan gas sebagai pengganti minyak tanah. [yg/mtr]
@
Tagged @ umum