MANADO BISNIS – Ini membuktikan bahwa warga Sulut benar-benar gemar makan cabe rawit atau rica. Betapa tidak, setiap bulan warga Sulut menghabiskan cabe rawit sekitar 2.000 ton
![]() |
Kadis Indag Sulut Sanny Parengkuan |
“Setiap bulan warga Sulut mengkonsumsi rica mencapai 2.000 ton. Hal ini menunjukkan konsumsi rica di Sulut sangat tinggi, jika dibandingkan daerah lain di Indonesia,” ujar Kepala Disperindag Sulut Sanny Parengkuan.
Kebutuhan rica tersebut, menurut dia, sebagian dari lokal dan sebagian lagi dari luar Sulut. “Rica tersebut merupakan komoditi yang bebas, sehingga penjualannya pun bebas antara satu kota dengan kota lainnya,” tandasnya.
Namun demikian, khusus di Kota Manado kebutuhan rica tidak hanya dari Manado saja, tapi juga dari luar Sulut seperi Propinsi Gorontalo. “Hal ini terjadi karena rica yang dihasilkan oleh petani di Sulut tidak mencukupi lagi. Maka Gorontalo sebagai salah satu produksi rica terbesar memasoknya di Sulut,” ungkap Parengkuan.
Rata-rata kebutuhan pasokan rica dari luar Sulut, lanjut Parengkuan, sekitar 50 persen. Karena kadang-kadang ada juga pasokan dari lokal yang bisa mencukupinya. Sedangkan soal harga rica berfluktuasi karena pengaruh cuaca dan distribusi. “Yang menjadi terkendala utama karena cuaca yang buruk menyebabkan rica menjadi mahal dan banyak yang rusak," ucap dia.
Sekedar diketahui, rica menjadi salah satu komoditi vital di Sulut. Karena selalu menjadi bumbu utama untuk sebagian besar masakan di daerah ini. Tak heran kalau rica selalu harus tersedia di area masak, meski sering kali harganya mahal akibat kurangnya stok di pasaran.
Selain itu, rica pun termasuk salah satu komoditi yang paling sering berfluktuasi harganya. Sebagai salah satu komoditi bebas, maka harga rica juga sangat tergantung pada kondisi pasar. Bila, di pasaran ketersediaan berkurang, terutama karena pengaruh cuaca dan distribusi, maka harganya pun bisa sangat tinggi. Bahkan tak jarang harga 1 kg rica bisa melebihi 1 kg cengkih, salah satu komoditi di Sulut. [yg/mtr]
@
Tagged @ komoditi